Chapter 1411 - ROTMHS INDO
Chapter 1411.
Sudah waktunya untuk bangun dari mimpi ini. (6)
❀ ❀ ❀
Pasukan
militer Aliansi Tiran Jahat memenuhi tepi sungai. Armada kapal menguasai
luasnya Sungai Yangtze. Di tengah pemandangan itu, gelombang emas bergegas
menuju tempat yang menakutkan itu.
Ini luar
biasa. Bisakah seseorang menyaksikan pemandangan seperti ini lagi seumur hidup
mereka? Namun, ini bukan saatnya untuk terhanyut dalam kekaguman.
“P-Pemimpin
A-Aliansi!”
“I-Itu
benar!”
Tersadar
dari keterkejutannya, Hyun Jong dengan cepat mengangkat pedangnya lagi.
“A-Aku—!”
“Tunggu
sebentar! Ahh! Tunggu sebentar!”
Saat itu, Im
Sobyeong hampir melompat dari tubuhnya sendiri, meraih lengan Hyun Jong saat ia
hampir jatuh.
“T-Tidak...
Raja Nokrim?”
“Belum!
Belum! Tunggu sedikit lagi! Kita harus menyerang sekaligus saat para bajingan
itu mencapai tepi sungai!”
“Ah, benar!
Aku mengerti.”
Hyun Jong
menelan ludah dengan gugup, jantungnya berdegup kencang.
Hari di mana
mereka akan bekerja sama dengan 10 Sekte Besar dan bertempur bersama telah
tiba. Itu adalah kejadian yang tak terhindarkan, tetapi untuk benar-benar
mengalaminya…
‘Kita bisa
melakukannya!’ -bantin Hyun Jong
Mata Hyun
Jong, yang sebelumnya hanya dipenuhi tekad, kini berkilau dengan harapan.
Tentu saja,
situasinya masih berbahaya. Bahkan jika mereka bersatu dengan Shaolin,
menghadapi Aliansi Tiran Jahat tetaplah bukan perkara mudah.
Namun, ini jauh
lebih baik daripada bertarung sendirian hanya dengan Aliansi Teman Surgawi.
“Sepertinya
langit berpihak pada kita dan mengubah keadaan tepat waktu!”
Kata-kata
Raja Nokrim terdengar masuk akal.
Cara terbaik
untuk menerobos barisan musuh yang padat adalah dengan menyerang dari kedua
sisi secara bersamaan. Tanpa disengaja, mereka telah mendapatkan kesempatan
sempurna untuk serangan dua arah.
Jika mereka
memanfaatkan peluang ini dengan baik, mereka mungkin bisa menembus bagian
tengah yang padat dan membuka jalan menuju Sungai Yangtze!
Tanpa harus
menghadapi kehancuran total, kini ada peluang untuk bertahan hidup.
“Pemimpin
Aliansi! Mereka goyah!”
Tang Gunak
berteriak dengan nada yang tidak biasa baginya.
Memang,
kata-katanya benar. Aliansi Tiran Jahat, yang sebelumnya berdiri kokoh menjaga
tepi sungai, tampaknya mulai kacau setelah melihat 10 Sekte Besar menyeberangi
sungai. Bendera yang sebelumnya berkibar dengan gagah kini bergoyang tak
beraturan seperti lautan yang diterpa badai.
‘Ini mungkin
terjadi!’
Jalan yang
jelas mulai muncul, membelah tembok besi yang tampak tak tertembus. Itu adalah
jalan yang menghubungkan mereka ke Gangbuk, sekaligus jalan yang menyatukan
mereka dengan 10 Sekte Besar.
“Semua
bersiap! Waktunya hampir tiba!”
Gelombang
emas kini telah mencapai pertengahan sungai. Dengan kecepatan mereka, mereka
akan segera tiba di tepi sungai. Mereka harus mengambil kesempatan itu tanpa
ragu.
Jantung
semua orang berdebar kencang.
‘Paegun!’
Tatapan Hyun
Jong beralih ke kereta Jang Ilso, yang berada di tengah-tengah pasukan Aliansi
Tiran Jahat.
Ia yakin.
Tak peduli seberapa besar Jang Ilso merencanakan kekacauan di dunia, tak peduli
seberapa banyak skemanya mengguncang langit dan bumi, menghadapi mereka yang
mengusung nama Sekte Kebenaran—persatuan yang tulus tak akan sulit dicapai!
Mungkin Jang
Ilso tak menyadarinya. Bahkan jika niat mereka berbeda, selama mereka berjalan
di jalur yang sama, mereka bisa menyatukan kekuatan mereka!
Saat itu—
“Mereka
bergerak!”
Pasukan Aliansi
Tiran Jahat mulai bergoyang seperti ombak. Riak yang muncul dari kereta megah
itu segera menyebar ke seluruh pasukan Aliansi Tiran Jahat.
Dari puncak
bukit, Hyun Jong bisa melihatnya dengan jelas.
Pasukan Aliansi
Tiran Jahat, yang berbaris di sepanjang tepi sungai, sedang terbelah menjadi
dua.
“T-Tunggu?”
Dari garis
tunggal yang tampak di tengah, pasukan mulai terbelah ke kiri dan kanan.
Seolah-olah… mereka membuka jalan.
“Sulochae
juga bergerak! Kiri, kiri dan kanan! Mereka terbelah dan bergerak ke kiri dan
kanan!”
Sebuah jalan
terbuka. Jalan yang menghubungkan 10 Sekte Besar dan Aliansi Teman Surgawi.
Jalan yang
seharusnya mereka halangi dengan segala cara, bahkan jika harus mengorbankan
segalanya, kini terbuka dengan sendirinya.
Namun, Hyun
Jong tidak bisa bersorak atas hal itu.
“Kenapa…?”
Kenapa
mereka membuka jalan? Apa alasannya?
“Apa…?”
Situasi di
sungai tidak berbeda. Mengambang di udara, Beop Jong menatap dengan ekspresi
kebingungan.
Kapal-kapal Sulochae,
yang hampir berlabuh di tepi sungai, tiba-tiba membelokkan haluan mereka ke
kiri dan kanan, membuka jalan bagi Shaolin seakan menyambut mereka ke daratan
Gangnam.
“Se-Semuanya,
berhenti! Kurangi kecepatan, segera!”
Menghadapi
situasi yang tak dapat dipahami, Beop Jong berteriak dengan panik.
“Pemimpin
Biara! Tetap di air itu berbahaya!”
“Aku tahu!”
Jika para
bajak laut Sulochae dikenal menyerang dari bawah air, mereka bisa menghadapi
krisis terburuk yang bisa dibayangkan.
Tentu saja,
Beop Jong sadar akan hal ini. Namun, tanpa memahami situasi dengan benar,
mereka tidak punya pilihan lain.
Mata Beop
Jong bergetar.
“Apa yang
sedang kau rencanakan, Jang Ilso?!”
“R-Raja
Nokrim!”
Hyun Jong
menoleh ke arah Im Sobyeong. Jika ada yang bisa menafsirkan situasi ini,
tampaknya Raja Nokrim adalah orangnya. Namun, betapa mengejutkannya, Im
Sobyeong tampaknya sama bingungnya.
Dengan
ekspresi kebingungan, Im Sobyeong terus menganalisis pergerakan Aliansi Tiran
Jahat.
Membuka
jalan bisa dimengerti. Jika itu adalah Jang Ilso yang ia kenal, ia bisa saja
sengaja membuka jalan dan menyiapkan jebakan bagi mereka yang mengikutinya.
Namun, yang
membuat Im Sobyeong bingung adalah bahwa ia tidak merasakan adanya niat seperti
itu dalam gerakan mereka. Jika itu memang rencana sejak awal, mereka tidak akan
memperlebar jalan secepat ini.
Jika begitu,
ada dua kemungkinan. Entah Jang Ilso sedang menggunakan strategi yang luar
biasa cerdik, atau… memang tidak ada motif tersembunyi dan mereka benar-benar
hanya membuka jalan.
Namun,
mungkinkah Jang Ilso, secerdik apa pun dirinya, menggunakan strategi yang
bahkan Im Sobyeong tidak bisa merasakan sedikit pun petunjuknya? Bahkan jika
Zhuge Liang hidup kembali, itu akan mustahil.
Pikirannya
berputar cepat.
“Kalau
begitu, kenapa?”
Warna wajah
Im Sobyeong perlahan memucat seolah-olah ia melihat hantu.
Tidak,
mungkin melihat hantu akan lebih baik. Menghadapi situasi yang tak bisa
dipahaminya, rasa takut yang lebih besar menyelimuti dirinya.
Namun,
situasi membingungkan itu belum berakhir.
“Pemimpin
Aliansi! M-Mereka memperlebar celahnya!”
Hyun Jong
mengepalkan tinjunya erat, gemetar.
Pasukan Aliansi
Tiran Jahat, yang telah membuka jalan, kini tidak berhenti di situ—mereka
justru semakin memperlebar celahnya.
Jika melihat
situasi ini tanpa terjebak dalam perspektif sempit, tampak jelas bahwa pasukan Aliansi
Tiran Jahat kini terbagi dua dan bergerak maju di kedua sisi.
Seolah-olah…
ya, seolah-olah…
“Apakah
mereka… mundur?”
Di sini?
Para anggota
Aliansi Teman Surgawi yang berdiri di atas bukit semuanya terdiam tanpa kata.
“Apakah… ini
karena 10 Sekte Besar?”
“Tidak
mungkin!”
“Tidak, tapi
kalau bukan karena itu, maka ini berarti…”
Meskipun 10
Sekte Besar bergabung, tidak ada alasan bagi Aliansi Tiran Jahat untuk mundur.
Mereka masih memegang posisi yang lebih menguntungkan. Ini adalah pertempuran
yang masih bisa diperjuangkan oleh kedua belah pihak.
Tidak, bukan
begitu.
Sebaliknya,
dari sudut pandang Aliansi Tiran Jahat, mereka seharusnya tetap bertarung. Jika
mereka begitu saja membiarkan Aliansi Teman Surgawi melewati Gangbuk, bukankah
mereka tidak mendapatkan apa-apa dibandingkan dengan apa yang akan mereka
hilangkan?
Lalu mengapa
tiba-tiba membuka jalan? Mengapa malah mundur?
“…Apa
sebenarnya yang sedang terjadi…”
Tanpa sadar,
Hyun Jong menoleh ke arah Chung Myung.
Myriad Man
House telah mengorbankan begitu banyak demi membunuh para pendekar muda Aliansi
Teman Surgawi dan Chung Myung. Namun kini mereka malah mundur? Tidak mungkin
Jang Ilso sebodoh itu.
Perasaan
gelisah yang tak dapat dijelaskan menguasainya. Meskipun pihak lawanlah yang
memperlihatkan punggung mereka, justru pihaknya yang merasa cemas.
“A-Apa yang
harus kita lakukan?”
Dari Aliansi
Teman Surgawi hingga para pemimpin 10 Sekte Besar, para tokoh besar yang
memimpin dunia kini kebingungan, tak tahu harus berbuat apa dalam situasi yang
penuh ketidakpastian ini.
Kemudian,
sebuah suara lirih memecah ketegangan dan kebingungan.
“Uh…”
“C-Ch-Chung
Myung!”
“Chung
Myung-ah! Kau sudah sadar?”
Bulu mata
Chung Myung bergetar saat ia bersandar pada Tang Gunak.
Ketika Chung
Myung membuka matanya, ia melihat sekeliling dengan pandangan lemah, matanya
tak memiliki sedikit pun kekuatan.
“Dimana…?”
Chung Myung
bertanya, tetapi tak ada yang bisa menjawabnya dengan mudah.
Itu karena
tak ada yang tahu bagaimana menjelaskan situasi saat ini. Bahkan mereka yang
menyaksikan semuanya dengan mata kepala sendiri pun tak bisa memahaminya.
Namun, itu
tidak diperlukan.
Dengan
pandangan kabur, Chung Myung melirik medan perang sejenak.
Sesaat
kemudian, tubuhnya bergetar hebat.
“M-Mereka…
saat ini…”
Dengan
tangan gemetar, ia mendorong Tang Gunak menjauh. Meski sentuhannya tak
bertenaga, tekad dan keinginan yang kuat di dalamnya membuat tak seorang pun
mampu menghentikannya.
Chung Myung
terhuyung turun, matanya merah darah.
“Jang Ilso…”
“Y-Ya?”
“Jang Ilso!”
Suaranya
pecah seperti jeritan.
Terkejut, Jo
Geol buru-buru menunjuk ke arah kereta yang berada di tengah pasukan Aliansi
Tiran Jahat.
“D-di sana!
Itu dia yang di sana!”
Melihat
kereta besar yang ditarik oleh delapan kuda putih, terdengar suara seperti
erangan dari bibir Chung Myung. Itu adalah kereta yang begitu mewah sehingga
hanya Jang Ilso yang berani menaikinya.
“…Di sana? Yang
Itu?”
“Huh?
C-Chung Myung?”
Jo Geol tergagap.
Ekspresi dalam mata Chung Myung saat menoleh kembali adalah sesuatu yang belum
pernah ia lihat sebelumnya.
“D-dasar...
sialan…”
Chung Myung
mengumpat pelan.
Mengutuk
dengan suara lirih, tiba-tiba Chung Myung meraih pedang Jo Geol dan mencabutnya
dari sarungnya. Kemudian, dengan kekuatan besar, ia menancapkannya ke tanah dan
melepaskan energi mengerikan.
“C-Ch-Chung
Myung! Apa yang kau lakukan!”
“Aaaargh!”
Kwaaaaaaaah!
Semburan
energi merah menyala terpancar dari pedang Chung Myung, membelah tepi sungai
seperti gelombang yang mengamuk. Dalam sekejap, energi itu menghantam kereta
tempat Jang Ilso berada.
“Eeek!”
“A-Apa yang
kau lakukan, bodoh!”
Kwaaaaaaaah!
Debu
beterbangan ke segala arah.
Chung Myung
yang kembali terjatuh ke tanah menutupi mulutnya. Darah merah tua merembes di
antara jari-jarinya.
“Apa yang
sebenarnya kau…”
“I-itu!
Lihat ke sana!”
Pada saat
itu, seseorang berteriak, dan semua mata yang semula tertuju pada Chung Myung
kini beralih ke depan.
Saat debu
tebal mulai mengendap, perlahan kereta yang hancur mulai terlihat, dan di
dalamnya, sosok seseorang mulai terbentuk.
Dengan jubah
merah, perhiasan berkilauan di jari dan pergelangan tangan, serta mahkota khas
di kepalanya.
“J-Jang
Ilso…”
Sebuah
desahan meluncur dari bibir Baek Cheon yang tertutup rapat.
Saat wajah
pucat seperti mayat dan bibir merah darah itu mulai terlihat, semua orang
secara naluriah menahan napas.
Namun, suara
geraman keluar dari mulut Chung Myung.
“Siapa dia?”
“Hah?”
Wajahnya
terpelintir oleh kemarahan.
“Siapa?
Siapa Jang Ilso, siapa? Siapa bajingan itu?”
“Chung
Myung?”
Kebanyakan
orang mengira bahwa pikiran Chung Myung sedikit terganggu. Itu wajar. Dia baru
saja sadar setelah mengalami luka berat – akan sulit baginya untuk berpikir
jernih.
Namun, beberapa
di antara mereka memahami maksud dari perkataan Chung Myung dan segera menatap
Jang Ilso sekali lagi.
“Eh…”
“Ah… Ahhh!”
Im Sobyeong
terjatuh ke tanah seolah kakinya kehilangan kekuatan.
“Raja Nokrim!
Kenapa kau seperti ini?”
Wajah Raja
Nokrim berubah pucat pasi.
“Tidak… Itu
bukan…” -lirih Im Sobyeong
“Apa… Apa
maksudnya…”
“Tidak.
Tidak, itu tidak benar! Dia bukan Jang Ilso! Dia palsu!” -jelas Im Sobyeong
“Apa?”
“Semuanya…
Semua orang telah ditipu. Dia tidak pernah ada di sini sejak awal. Dia tidak
pernah berniat bertarung!” -lanjut Im Sobyeong
“Ini… Ini
tidak masuk akal!”
Baek Cheon
mengerahkan sisa kekuatannya untuk mengamati Jang Ilso sekali lagi. Tak lama
kemudian, pupilnya membeku, dan beberapa saat kemudian, ia mulai gemetar.
Ia telah melihat
Jang Ilso dari dekat beberapa kali. Oleh karena itu, ia tahu.
Orang itu
bukan Jang Ilso.
Meskipun
wajah dan penampilannya sama, ada sesuatu yang jelas berbeda. Meskipun serupa,
tidak ada aura mengintimidasi yang biasanya dimiliki oleh Jang Ilso.
Baek Cheon
menoleh tajam.
“T-Tapi
kalau begitu, dimana Jang Ilso yang sebenarnya? Jika dia tidak ada di sini,
lalu di mana dia?”
“Uh…”
Pada saat
itu, suara Chung Myung terdengar lemah, seolah-olah ia akan pingsan.
“Si
bangsat... sialan…”
Thud.
“Chung
Myung!”
“Sial! Tuan
Tang!”
Saat
kesadarannya memudar, suara teriakan putus asa terdengar di telinganya, seperti
suara samar dari dalam air.
‘Tidak…’ -batin
Chung Myung
Ia tak bisa
pingsan di sini…
‘Jang…
Ilso…’
Di kejauhan,
tawa gila seseorang terdengar seperti halusinasi.
❀ ❀ ❀
“Hmm.”
Jang Ilso
berbalik dengan santai, menyeringai dengan penuh penghinaan.
Meskipun
interior keretanya begitu mewah, dari luar kereta itu hanya tampak seperti
gerobak reyot, jauh dari kesan megah di dalamnya.
Kecuali
pintunya yang disamarkan dengan cermat, satu-satunya hubungan antara bagian
dalam dan luar kereta itu hanyalah sebuah jendela kecil, tak lebih besar dari
ukuran tangan.
Melirik
sebentar ke arah kereta reyot dan kuda yang kelelahan, Jang Ilso akhirnya
menoleh ke sisi lain.
Di
hadapannya, banyak orang berlutut. Walaupun pakaian mereka tampak biasa,
kilatan di mata mereka dan senjata di punggung mereka menunjukkan bahwa mereka bukanlah
orang sembarangan.
Menyamar
sebagai pelayan rendahan dari Aliansi Tiran Jahat, membawa gandum dalam gerobak
lusuh, dan menyebar ke berbagai tempat terpencil di Gangnam, para anggota elit Myriad
Man House kini telah berkumpul di sini.
Seperti
rakyat yang setia memberi penghormatan kepada raja, Jang Ilso menelusuri setiap
orang yang berlutut dengan satu lutut, tersenyum tipis sambil bergumam dengan
nada mengejek.
“Sudah
kubilang.”
Bibirnya,
semerah darah, melengkung dalam senyuman penuh ejekan.
“…Semua ini
tidak ada artinya.”
Baginya,
semua orang hanyalah bidak catur di papan permainannya.
“Kalian,
dan… aku juga.”
ia
menambahkan. Bahkan reputasinya sendiri, bahkan ketakutan yang orang lain
rasakan terhadapnya, hanyalah alat yang bisa dieksploitasi oleh Jang Ilso. Ia
bisa membelokkan dan menginjak-injak semua itu sesukanya.
Tidak ada
nilai yang pantas untuk dilindungi.
Tidak ada
lawan yang cukup berharga untuk membuatnya mempertaruhkan nyawanya.
Semua yang
memenuhi dunia ini hanyalah barang rongsokan yang murah.
Jang Ilso
menatap orang-orang yang berlutut di hadapannya sejenak, sebelum perlahan
mengalihkan pandangannya ke depan. Di sana, menjulang sebuah gunung yang
tinggi, puncaknya menjangkau langit, diselimuti warna hijau yang dalam. Dunia,
terpesona oleh keindahannya, menyebutnya Gunung Qingcheng.
Dengan
langkah mantap, Jang Ilso bergerak di antara para pengikutnya, menuntun mereka
menuju jalan yang menanjak ke gunung hijau itu.
“Awal yang
megah itu lebih baik. Bakar semuanya.”
Suaranya
yang lembut dan santai menggema. Seiring Jang Ilso berjalan, para anggota Myriad
Man House yang berlutut mulai bangkit satu per satu, mengikuti langkahnya.
Di belakang
mereka, tampak berbagai individu dengan penyamaran berbeda, dan para prajurit
berbaju merah darah yang tampak seperti aliran darah mengalir dalam
iring-iringan.
Haomun dan
Sekte Darah.
Semuanya
mengikuti sosok agung Jang Ilso, menaiki Gunung Qingcheng seolah
menginjak-injaknya.
“Heheheh!”
Tawa
terpendam keluar dari bibir Jang Ilso, dengan cepat berubah menjadi kegembiraan
tak terkendali, menggema di seluruh pegunungan.
“Heheheh!
Ahahahahahah! Ahahahahahahaha!”
Membakar
Qingcheng, menyeberangi Emei, menyapu Keluarga Tang dan Diancang, sebuah
bencana merah darah akhirnya mekar, siap menelan dunia.
Tepat di
sini, di tanah Sichuan.
❀ ❀ ❀
Kalau ada yang mau donasi, bisa ke trakteer ya! Disana juga update chapternya udah lumayan jauh, menuju 1500+
- Trakteer
Comments
Post a Comment